IOV Indonesia Youth Section

We travel around the globe spread the beauty of equator emerald

Senin, 11 Februari 2013

Promosi Saman dan Sabang di Utara Thailand

OLEH RIFKI FURQAN, salah satu peserta delegasi Indonesia pada Festival Folklore Internasional, melaporkan dari Surin, Thailand TARI saman dan Sabang menjadi kata kunci penting jika kita berbicara tentang kekayaan budaya dan potensi pariwisata Aceh. Meskipun tidak terkait sama sekali dengan kegiatan promosi Visit Aceh 2013, kali ini kedua kata kunci tersebut tetap bergema di dunia internasional, tepatnya dalam rangkaian Surin International Folklore Festival (SIFF) 2013 di sebuah provinsi yang berjarak tujuh jam perjalanan darat dari Bangkok ke utara Thailand, yaitu Provinsi Surin. Festival yang menjadi agenda rutin dari Surindra Rajabhat University ini telah memasuki tahun ke-8. Tahun ini festival yang menampilkan kebudayaan daerah khas masing-masing delegasi negara itu kembali mengundang Indonesia yang diwakili oleh Ayudha, sanggar tari dari Jakarta. Selain Indonesia, negara lain yang turut berpartisipasi antara lain Myanmar, Jepang, Korea, Sri Lanka, India, Ukraina, bahkan Israel. Ada serangkaian kegiatan dalam festival yang digelar sejak medio hingga akhir Januari 2013 itu. Pementasan tarian tradisional adalah agenda rutin yang dilaksanakan di lapangan terbuka halaman Kampus Rajabhat University, setiap malam. Panggung berdekorasi khas Thailand dengan tata lampu yang mewah didirikan di salah satu fasilitas kampus, yaitu di kolam renang yang telah dikeringkan. Panggung seperti ini memanjakan mata penonton yang duduk menghadap ke bawah dibantu dengan layar besar. Setiap malam, tribun penonton penuh sesak oleh campuran penduduk lokal maupun peserta dari delegasi lain yang disuguhi penampilan seni tari tradisional yang sangat menarik. Sanggar Ayudha sebagai perwakilan delegasi Indonesia telah menyiapkan penampilan beberapa tarian tradisional untuk festival ini. Penari yang berjumlah 23 orang semua ikut menarikan saman, sementara tari Bali, tari Papua, tari zapin Melayu, tari lenggang-nya Betawi dan tarian lainnya hanya ditarikan oleh beberapa anggota sanggar saja. Saya sendiri kali ini tak ikut menari, melainkan menjadi tukang foto dan rekam ketika giliran Indonesia menyuguhkan seni tari tradisionalnya yang sangat kaya. Dan, tari saman seperti yang sudah kami duga, benar-benar menyedot perhatian penonton dengan suasana khas tiap jeda gerakannya yang lalu diakhiri dengan tepuk tangan panjang pada akhir tarian. Tarian yang disebut oleh pembawa acara sebagai a thousand hands dance (tarian seribu tangan). Di malam terakhir sebelum para delegasi negara meninggalkan Surin, tari saman dari Indonesia diumumkan mendapat penghargaan sebagai The Most Attractive Performance (penampilan yang paling atraktif). Hal ini pun sudah kami prediksi, melihat setiap habis menampilkan tarian ini, selain tepuk tangan meriah, para penari dengan kostum tradisional Aceh tersebut banyak diajak foto bareng oleh penonton dan peserta dari negara peserta lain. Ini tentu saja membuat saya bangga sebagai satu-satunya orang Aceh dalam delegasi Indonesia kali ini. Masih dalam rangkaian festival tersebut, dilakukanlah seminar sehari yang menampilkan pembicara dari berbagai negara. Saya yang sama sekali tidak menari diberi tugas mewakili Indonesia dalam seminar ini. Saya merasa beruntung mendapat kesempatan bergabung dengan teman-teman lain dalam delegasi Indonesia. Karya ilmiah saya berjudul Towards Sustainable Tourism in Weh Islands diterima oleh panitia dan diberikan kesempatan selama 10 menit untuk dipresentasikan. Seminar ini dilaksanakan dalam ruangan yang difungsikan untuk latihan teater oleh mahasiswa Rajabhat University. Luar biasanya lagi, saya mewakili delegasi Indonesia dalam forum ilmiah tersebut. Slide presentasi banyak saya isi dengan foto tentang keindahan dan potensi pariwisata di Pulau Weh. Saya selipkan juga bahasa promosi dalam presentasi tersebut. Semoga saja dengan begitu dapat membantu perkembangan pariwisata Aceh khususnya Sabang. Satu hal yang penting dari rangkaian kegiatan Surin International Folklore Festival ini adalah terjadinya pertukaran budaya lokal dan cerita tentang keindahan dan potensi pariwisata masing-masing negara. Indonesia, khususnya Aceh, turut berbangga karena memiliki potensi yang cukup besar. Tinggal bagaimana semua pihak, terutama pemerintah, memaksimalkan potensinya. http://aceh.tribunnews.com/2013/02/03/promosi-saman-dan-sabang-di-utara-thailand