IOV Indonesia Youth Section

We travel around the globe spread the beauty of equator emerald

Kamis, 26 September 2013

IOV INDONESIA YOUTH SECTION MENGIKUTI DANCE XCHANGE : THE INTERNATIONAL DANCE WORKSHOP AND FESTIVAL PUERTO PRINCESA, PALAWAN, 11-14 APRIL 2013

National Committee on Dance (NCCA) telah mengorganisir Dance Xchange : The International Dance Workshop and Festival dengan tema : “Cultural Connectivity through Dance“ yang diselenggarakan di Puerto Princesa, Palawan dari tanggal 11-14 April 2013. Festival in merupakan festival tahunan yang diselenggarakan setiap bulan April setiap tahunnya. Adapun tujuan diselenggarakannya the Dance Xchange ini adalah untuk mempererat jaringan diantara kelompok tari ASEAN dan wilayah lainnya, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dari para penari serta merupakan tempat untuk interaksi dan pembelajaran diantara para penari. Festival ini diikuti oleh peserta dari Inggris, Thailand, Hongkong, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Spanyol, Afrika Selatan dan beberapa kelompok tari dari Filipina. Indonesia diwakili oleh IOV (International Organization Volkenvurst) Indonesia Youth Section yang terdiri dari 1 orang Artisitic Director dan 10 orang penari. Pada hari Sabtu, 13 April 2013 KBRI Manila telah mendampingi IOV Indonesia Youth Section yang mengadakan Dance Workshop VIII di City Coliseum, Puerto Princesa, Palawan dari jam 13.30 – 15.30. Dalam kesempatan ini IOV Indonesia Youth Section mengajarkan tarian Saman dari Aceh kepada kurang lebih 120 orang peserta. Workshop ini mendapatkan sambutan baik dari panitia maupun peserta karena unik, indah dan energiknya tarian ini serta mudah untuk dipelajari. Pada akhir Workshop semua peserta dapat mengikuti tarian Saman secara utuh. Pada malam harinya IOV Indonesia Youth Section mengadakan pementasan pada acara “Dance Performance” di City Coliseum dengan menampilkan tari Betawi. Partisipasi Indonesia dalam Festival ini mendapatkan apresiasi dari National Committee on Dance sebagai penyelenggara karena dapat memperkaya khasanah tarian dunia yang ditampilkan dan diajarkan dalam festival ini. Manila, 15 April 2013 http://www.kbrimanila.org.ph/

Selasa, 24 September 2013

Komunitas Kiss - Buat Tarian Tradisional Jadi Fresh

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar berita mengenai warisan budaya Indonesia yang diklaim negara lain. Banyak orang berpendapat bahwa masyarakat Indonesia memang tidak peduli dengan warisan leluhurnya, terutama generasi muda. Namun, komunitas KISS membuktikan bahwa opini tersebut salah. Kultura Indonesia Star Society atau KISS merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang peduli banget sama kelestarian musik dan tari tradisional Indonesia. Terbentuk pada Agustus 2012, komunitas ini diprakarsai oleh Steffi Stefani Sianipar, Priviliani Santoso, dan Andriesty Kusumaningrum. Mereka adalah penari muda yang beberapa kali berpartisipasi dalam misi budaya ke luar negeri. Pengalaman tersebut membawa mereka ke dalam satu pemahaman yang sama bahwa tari dan musik tradisional Indonesia amatlah indah dan beragam, bahkan dunia pun mencintainya. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi mereka untuk menyatakan indahnya kesenian Indonesia pada lingkungan di sekitarnya. Pada dasarnya, KISS punya tujuan menyebarkan kecintaan terhadap budaya Indonesia kepada anak muda. Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa warisan seni tari dan musik tradisional tidaklah “tua”, apalagi ketinggalan zaman. “Kami mencoba mengemas budaya tradisional agar sesuai dengan kondisi saat ini. Tetap fokus pada esensi tari dan musiknya, namun dipromosikan dengan fresh dan up to date agar bisa diterima di kalangan muda,” ujar Steffi, salah satu pendiri KISS. Adapun cara mereka untuk mencari anggota cukup unik. Selain cara publikasi word of mouth, KISS membuat akun media sosial dan video yang dipublikasikan agar menarik minat orang yang melihatnya. Hasilnya, kini KISS telah memiliki banyak anggota tetap, mulai pelajar hingga para pekerja. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya di bidang tari dan musik. Hal ini sesuai dengan prinsip mereka, yakni terbuka kepada siapa pun yang mau belajar untuk mengenal kesenian Indonesia. Sejauh ini, kegiatan rutin yang dilakukan KISS ialah latihan rutin sebanyak dua kali seminggu. Selama latihan, para anggota mempelajari tari dan musik tradisional yang diajarkan langsung oleh koreografer dan musisi profesional. Selain itu, KISS kerap kali diundang sebagai pengisi acara di berbagai acara,seperti Jakarta Islamic Fashion Week 2013. Pada bulan Agustus lalu, komunitas ini juga baru saja menyelenggarakan pergelaran tari yang dinamakan Benang Merah. Acara tersebut diadakan sebagai konser gelar pamit bagi para penari dan musisi yang hendak melakukan misi budaya ke Turki. Selama satu minggu, komunitas ini berpartisipasi dalam Afyonkarahisar Internantional Folk Dance Festivaldi kota Afyonkarahisar. Nah yang lebih membanggakan lagi, KISS merupakan satu-satunya perwakilan dari benua Asia di dalam festival tersebut! “Lewat misi budaya, kita berharap untuk bisa membantu pemerintah dalam mempromosikan kesenian Indonesia ke mata dunia,” tutur Steffi. Ironisnya, dukungan dari pemerintah merupakan salah satu hal yang sulit untuk didapatkan saat misi budaya kemarin, mengingat usia komunitas ini yang baru berjalan satu tahun. Namun, hal tersebut tidak menurunkan semangat para anggota KISS untuk terus berjuang menyebarkan kesenian Indonesia. Nah, bagi GenSINDOyang kagum dengan semangat komunitas ini, jangan ragu untuk ikut bergabung di KISS. Karena jika bukan kita yang menjaga kesenian Indonesia, siapa lagi?  OLEH: ESTER CAHAYA

Senin, 23 September 2013

The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Curtin University, Sarawak

About The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Curtin University, Sarawak Dates: 2014-01-20 – 2012-01-26 Location: Miri, Malaysia You are welcome to apply for the First IOV Asia Youth Congress Description The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Organisers:Curtin University, Sarawak - IOV Youth Asia Committee Date: 2014-01-20 – 2014-01-26 Location: Miri, Malaysia YOU ARE WELCOME TO APPLY FOR THE FIRST IOV YOUTH-ASIA CONGRESS: “Tastes of Asia - A Cultural Journey” Asian Peace through Cultural Understanding The IOV Youth Asia is proposing the First IOV Youth-Asia Congress, which is going to take place in Sarawak, Malaysia. Folk art and culture, intangible heritage, tradition and their applications in the 21st Cen­tury are the subjects that will inspire discussions, workshops and lectures during this week-long meeting. IOV Youth are professionals and students seeking new ideas and fresh approaches to their work as teachers, arts administrators, handicraft counselors and artists. They are also amateur hobbyists and students, whose interests include storytelling, singing, weaving and dancing. IOV Youth are brought together by a shared interest in folk art. Friendships are built and networks established that will last a lifetime; and when the IOV Youth Congress concludes, IOV Youth will have a better appreciation of folk art as a tool to build bridges to cultures and people. The 2014 Congress will focus on the issues and relationships of traditional food on life: Intangible Cultural Heritage of Food (Traditional Cultures, Religions, Medicine, etc.) UNESCO Mandate on the Intangible Cultural Heritage and Why We Should Protect It Shaping a New Narrative for Globalization, Consumption and Mass Production in the Global Economy IOV is a worldwide organization of individuals and institutions working to document, preserve, and promote all forms of folk art, both tangible and intangible. IOV sponsors national and international folk art festivals, as well as cultural exchanges of performing artists and visual art. Through scientific and pedagogical symposia and workshops, IOV supports scholarly research, documentation, and publication on a board range of topics relating to folk art and folk culture. The UNESCO 2003 Convention on the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, with its emphasis on research and documentation, and the 2005 Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural Expressions, provide the foundation for IOV programs and projects. OFFICIAL INVITATION TO THE THIRD IOV WORLD YOUTH CONGRESS, The International Organization of Folk Art/IOV, in consultancy relations with the United Nations Educational, Sci­entific and Cultural Organization/UNESCO is pleased to extend this Official Invitation to you to participate in The First IOV Asia Youth Congress 2014 , January 20-26, 2014. The congress is being organized by Curtin University Sarawak with the support of the IOV Youth Asia and IOV Board Congress theme “Tastes of Asia - A Cultural Journey” Participation The congress is open to IOV Youth members between ages 18 – 35. Applicants should be passionate about folk art and desire to take part in establishing the international network - IOV Youth. Applicants may be students, researchers, and activists, as well as young professionals and others interested in folk art and folk culture, folk art history, civil society administration and related fields. Because space is limited, confer­ence participation will be granted to no more than one hundred youth participants. There will be an initial limit of 5 participants from each country. We will also strive for equality in gender and diversity of cultural expression. Congress overview January 20 - Arrival of delegates (Airport Transfers from Miri Airport) January 21 - Formal Opening Ceremony: - Introduction to the Congress, IOV and ICH - Presentation of delegates from different countries, Creation of Working Groups City sightseeing January 22 - Plenary Session: - Keynote Speaker - Cluster discussions Cultural Night January 23 - Cluster discussions Sarawak Province Cultural Program Free time/ optional discussions or workshops January 24 - Practical workshops Free time/ optional discussions or workshops January 25 - Food festival by various culinary schools, participants, chef, industries, etc Open stage and Closing Ceremony January 26 - Departure of Participants Costs This congress is non-profit, however a commitment fee of 100USD will be charged to successful applicant. The fees will be used to help organize the congress while any gain from it will be redirected back to IOV. Methods of payment will be sent to successful applicants. The organizers and sponsors will cover the costs of your partici­pation in the congress program, including local transportation, accommodations, meals and airport transfer from Miri airport on January 20th and back on January 26th. The participants will cover the cost of their international travel, visas and medical insurance. Congress language The congress language is English. Translation services are not provided. Visa To find out if you need a visa to enter Malaysia from your country, please visit the website of the Malaysian immigration: http://www.imi.gov.my/index.php/en/main-services/visa/visa-requirement-by-country. Application Please follow the instructions in the application form and email it to iovyac2014@student.curtin.edu.my. Please apply no later than October 31st 2013 The Congress Organizing Committee will select the final participants based on the applications. Confirmation of acceptance will be sent no later than November 15, 2013. For more information on IOV please visit: www.iov-world.com or send an email to iovyac2014@student.curtin.edu.my Hope to see you in Malaysia IOV Youth-Asia Congress 2014

Rabu, 11 September 2013

KEBUDAYAAN, IDENTITAS KEBANGGAAN BANGSA

KEBUDAYAAN, IDENTITAS KEBANGGAAN BANGSA2 Posted In OUR STORIES Salam Budaya, Hi YEP!ers… Apa kabar di awal bulan Mei ini? Semoga tetap semangat untuk segala aktivitasnya ya. Baiklah, dalam kesempat an ini saya ingin berbagi dengan semua pemuda Indonesia melalui sebuah tulisan singkat mengenai kebudayaan. Tentu saja tulisan ini akan mengangkat tentang kebudayaan Indonesia. Kebudayaan yang menjadi identitas kebanggaan Indonesia. Dear YeP!ers, Dewasa ini, fenomena yang tengah melanda generasi muda bangsa adalah tantangan untuk melakukan filterisasi terhadap dampak globalisasi. Globalisasi membawa arus nilai budaya eksternal yang mencoba masuk ke dalam khazanah nilai budaya ke-Indonesiaan. Sebagai contoh adalah fenomena K-Pop yang membawa pencitraan nilai budaya Korea melalui tarian dan musik serta gaya hidup bagi pemuda Indonesia. Hal ini merupakan produk dari globalisasi yang memang tidak dapat dihindari. Akan tetapi hal semacam ini akan sangat disayangkan apabila mampu menggeser eksistensi budaya lokal sebagai warisan dan identitas kebanggaan bangsa. Kebudayaan dipahami sebagai suatu sistem ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat proses belajar dan dijadikan acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut[1]. Sementara menyinggung kepada konsep kebudayaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan daerah.[2] Banyak sekali materi yang menjadi representasi dari apa yang dinamakan budaya. Indonesia sebagai negara majemuk dan heterogen memiliki banyak material yang dapat dikategorikan sebagai budaya bangsa. Sebagai contoh, hal sederhana yang termasuk dalam klasifikasi budaya bangsa adalah aspek kesenian. Dan tulisan ini akan memaparkan sekilas mengenai seni tari Indonesia sebagai salah satu instrumen identitas bangsa Indonesia. Sebagai negara kepulauan, bentangan Indonesia dari Sabang hingga Merauke menghasilkan variasi kebudayaan khas yang mencitrakan identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar. Ragam suku dan etnis merupakan sumber dari bagaimana budaya itu dihasilkan. Seperti contoh yakni berbagai macam tarian tradisional mencerminkan aspek sosial masyarakat Indonesia. Tari-tarian tradisional Indonesia merepresentasikan betapa bangsa Indonesia sangat kaya akan ragam budaya seni tari. Sebut saja dalam ragam tarian Bali. Kita mengenal banyak sekali jenis tarian Bali, bukan? Pencitraan dalam setiap tarian diwujudkan dalam konsep, kostum serta jalan cerita yang berbeda. Hal ini berlaku sama dengan ragam tarian daerah lainnya. Sehingga bukan merupakan hal berlebih apabila kita menyebut bangsa Indonesia kaya akan budaya luhur, seperti tari-tarian. Sebagai warisan budaya bangsa, tari-tarian Indonesia menjadi identitas bagi pengenalan Indonesia dalam kancah internasional. Dalam beberapa kesempatan, generasi muda yang mewakili Indonesia dalam kancah internasional selalu menarik perhatian publik internasional melalui ragam tarian. Mereka menyebut bahwa kekayaan Indonesia terpancar dengan jelas melalui keindahan tarian yang direpresentasikan melalui kemajemukan bentuk gerak, kostum serta jalan cerita tarian. Hal ini, khususnya masyarakat Eropa, mengakui bahwa perkenalan Indonesia melalui seni tari merupakan hal yang efektif bagi pergaulan dunia internasional. Indonesia memperlihatkan kemajemukan tarian budaya bangsa yang menarik perhatian masyarakat internasional[3]. Kemajemukan tarian Indonesia dianggap sebagai sebuah cerminan akan kebesaran Indonesia. Melalui tari-tarian pesan ke-Indonesiaan yang disampaikan ke dunia internasional dapat terakomodir dengan baik. Tari-tarian Indonesia mencerminkan kekhasan Indonesia sebagai bangsa yang agung, menjunjung keragaman dalam kesopanan dan membahasakan nilai ketimuran melalui persahabatan. Refleksi inilah yang membentuk mindset masyarakat internasional ketika menyaksikan ragam tarian Indonesia dipersembahkan. Seharusnya begitu pula yang terjadi pada pribadi kita sebagai generasi muda bangsa. Membanggakan budaya Indonesia (tidak hanya terbatas pada tarian) sebagai investasi kekayaan bangsa. Rasanya sudah sangat adil apabila dalam sisi yang seimbang pemuda bangsa tidak hanya terpaku pada euforia nilai luar yang pada kenyataannya malah mengurangi kapasitas kebanggaan budaya lokal. Dear Yep!ers, Dari pemaparan di atas, menyinggung mengenai penetrasi budaya luar (dalam hal ini K-Pop) akibat produk globalisasi dengan refleksi atas pencitraan budaya lokal, sejatinya merupakan hal yang krusial bagi kita untuk kembali merenung. Mempertimbangkan kembali esensi dari warisan budaya bangsa Indonesia dimana merupakan kesempatan bagi kita sebagai generasi bangsa untuk turut melestarikan. Tugas kita bukan hanya menikmati produk globalisasi yang bahkan malah memiliki tendensi atas pendegradasian kualitas diri bangsa. Mengingat bahwa unsur nilai budaya asing semakin gencar masuk ke Indonesia dan meruhi generasi bangsa, sudah saatnya bagi kita untuk bercermin sebagai pribadi yang berkontribusi terhadap eksistensi budaya Indonesia. Writer:Â Fitria Ruthi Maharani (Public Relation Member of YEP!) - See more at: http://youthempowering.org/the-stories/kebudayaan-identitas-kebanggaan-bangsa/#more-1430