IOV Indonesia Youth Section

We travel around the globe spread the beauty of equator emerald

Jumat, 14 Oktober 2011

Catatan Kecil Misi Budaya SMP AL Ikhlas di Perancis dan Spanyol

Festival Gauargi di Perancis Kota Cabe yang Hangat Festival Gauargi diselenggarakan di Kota Espellete, yang merupakan daerah wisata dengan julukan “ Chilli Town” , hampir di setiap bangunan di Espellete dihiasi dengan digantungnya cabe yang dikeringkan. Yang unik dari Espellete adalah meski dijuluki kota cabe, namun kita tidak menemukan makanan yang pedas. Bekal saos sambal yang kami bawa dari Indonesia menjadi teman makan ketika makanan yang kami terima terasa hambar di lidah kami orang Indonesia. Selain sambal, ada kecap, abon, kering kentang menjadi teman makan kami di sana.
Jiwa Enterpreneur Festival Gauargi dimulai tanggal 15 – 20 Juli 2011, acara diselenggarakan di tempat yang disebut “Market Place “ , namun ada beberapa pertunjukkan yang dilaksanakan di jalan-jalan sambil berparade. Selama festival kami diperbolehkan melakukan penjualan barang-barang khas Indonesia yang sudah kami bawa dari Jakarta. Di sinilah, kemampuan anak-anak menawarkan souvenir khas Indonesia dengan Bahasa Inggris teruji, setiap anak diharuskan menjual souvenir hingga berhasil dibeli warga setempat. Kemampuan enterpreneur anak-anak dapat terlatih dengan tantangan ini, hasilnya selama 5 hari kami dapat mengumpulkan € 223 untuk kemudian dibagikan kembali kepada anak-anak sebagai uang jajan. Home Stay yang Menyisakan Kenangan Home stay dengan keluarga Espellete adalah juga sebuah tantangan bagi anak-anak, informasi bahwa anak-anak akan home stay baru kami terima di Paris, sesaat sebelum berangkat menuju Espellete. Bukan anak Alix namanya bila tantangan ini tidak dapat diatasi, setibanya di Espellete orangtua asuh anak-anak sudah menjemput dan saya sebagai guru melepasnya dengan rasa was-was namun yakin anak-anak dapat beradaptasi dengan baik. Bekalan yang telah saya berikan semoga bisa menjadi pegangan anak-anak. Satu keluarga Espellete menerima 2-3 anak untuk diasuh selama festival. Cium tangan kepada orangtua tetap dilakukan anak-anak kepada orangtua asuh masing-masing. Yang juga sangat menggembirakan adalah keluarga asuh anak-anak menyempatkan membeli tiket festival untuk menonton tarian dan musik yang kami bawakan. Saat tiba berpisah, setelah festival selesai semua anak menangis karena harus berpisah dengan orangtua asuh dan panitia festival yang sangat baik dan melayani kami dengan tulus.
Kemandirian yang Teruji Selama latihan di Jakarta, anak-anak sudah dibekali dengan kemampuan berdandan, memakai kostum, menyimpan kostum, dan menyiapkan segala peralatan sendiri tanpa bantuan kakak pelatih dan saya sebagai gurunya. Kami memberikan bantuan pada saat kendala waktu yang diberikan panitia sangat sedikit dan bila segalanya sudah dilakukan maksimal oleh anak-anak, namun masih ada kekurangan yang perlu perbaikan. Acungan jempol untuk anak putra yang berjumlah 9 orang, mereka benar-benar maksimal bekerja, dari membawa peralatan musik dari dan ke tempat festival. Membawa, menyusun, memainkan, dan kemudian merapikannya kembali untuk dimainkan besok menjadi rutinitas anak putra sebagai tim musik tradisional. Alat musik yang kami bawa banyak sekali dan beberapa menggunakan besi sebagai penyangga, tentu berat tapi itu semua dapat dilakukan dengan baik. Kemandirian yang lain juga bisa dilihat dari beberapa anak yang mencuci pakaiannya sendiri ketika baju bersih yang mereka miliki sudah hampir habis. Bangga Menjadi Duta Budaya Rasa bangga menyelimuti hati anak-anak ketika nama Indonesia disebut sebagai peserta festival , penampilan tarian dan musik yang mereka bawakan menjadi berisi karena tarian dibawakan dengan hati ikhlas. Tepukan tangan penonton menambah semangat anak-anak ketika tampil di depan ribuan orang di Espellete. Decakan kagum tak henti-hentinya kami terima usai tampil di panggung. Ada lima tarian yang kami bawakan yaitu ; Rapai Geleng (NAD), Ratoh Kipah (NAD), Lenggang Nyai (Betawi), Piring (Sumbar), dan Giring-giring (Kaltim) ditambah permainan perkusi tradisional. Hampir semua tarian mendapat tepukan penonton, karena tarian, musik dan kostum yang kami gunakan menarik perhatian penonton. Rasa bangga menjadi duta budaya terlihat ketika selama parade anak-anak meneriakan kata “INDONESIA, INDONESIA” dengan semangat sambil mengibarkan bendera Merah Putih.
Wonderful Indonesia Menjadi bagian dari bangsa Indonesia adalah kebanggaan bagi kami dan anak-anak yang menjadi duta budaya. Dengan yakin dan percaya diri, anak-anak tampil membawakan alat musik dari beberapa wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan yang indah. Rapai Aceh, rebana Betawi, talempong Padang, kendang Sunda, dan kromong Betawi dimainkan bersamaan menghasilkan suara perkusi yang luar biasa, dan hebatnya itu semua dimainkan anak-anak. Keindahan budaya Indonesia meliputi tarian, nyanyian, musik, kostum, dan kerajinan memang patut untuk diperkenalkan ke dunia International dan kami bangga sudah melakukannya untuk bangsa ini.
Festival Irun di Spanyol Toki Alay Instituko yang Disiplin Toki Alay adalah nama sekolah di Irun yang diubah fungsinya menjadi asrama tempat kami peserta festival. Indonesia berada di lantai 3 dengan 4 ruangan besar untuk 36 orang anggota delegasi. Yang paling jelas kami ingat di Toki Alay ini adalah waktu yang sangat disiplin untuk mandi dan makan. Anak-anak hanya diberi waktu 30 menit untuk mandi dan kebutuhan mencuci lainnya, karena setelah waktu Indonesia habis , negara lain sudah harus mandi dengan waktu yang sama 30 menit. Waktu makan hanya disediakan selama 1 jam, dari jam 09.00 – 10.00, untuk 4 negara festival yang jumlahnya hampir 130 orang, dan kami harus berbagi waktu. Yang unik bila kita turun setelah jam 10.00, kami tidak akan menemukan makanan apapun. Bekas tempat makanpun, harus kembali bersih. Di sini anak-anak belajar mandiri dan disiplin.
Warga Spanyol yang Antusias Sebagaimana di Espellete, Perancis , di Irun Spanyol warga setempat sangat antusias melihat tarian dan musik yang kami bawakan. Mereka bersedia berdesakan untuk melihat pertunjukkan kami. Hujan yang sempat turun tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk tampil, karena warga Kota Irun pun rela menggunakan payung untuk melihat kita tampil. San Sebastian yang Indah Kami baru menyadari bahwa selain Menara Eiffel, ternyata San sebastian terutama pantainya adalah juga daerah tujuan wisata dunia yang sangat diminati oleh wisatawan manca negara. Dan kami tampil di sana disaksikan banyak turis yang memang sedang berkunjung ke San Sebastian.
Persahabatan dengan Mexico dan Irlandia Hangatnya kebersamaan dan persahabatan anak-anak dengan dua negara ini, sungguh amat mengharukan. Pada saat Mexico akan meneruskan misi budayanya, kami melepas mereka dengan air mata, semua berpelukan dan saling memberi cindera mata. Demikian pula pada saat kami harus kembali ke Indonesia, teman-teman dari Irlandia juga tak kalah hebohnya melepas kami dengan upacara khas Irlandia untuk para sahabatnya. Mereka membuat gapura dari alat tarian mereka sepanjang tangga tempat kami menuruni tangga tersebut. Sungguh persahabatan yang luar biasa, kendala bahasa tidak menjadi penghalang untuk anak-anak. Kami senang bisa bersahabat dengan teman-teman dari 4 negara peserta festival di Irun, Bidasoa.
Penutup Sungguh sebuah perjalanan yang tak akan kami lupakan, banyak pengalaman luar biasa yang kami peroleh selama misi budaya di Perancis dan Spanyol. Kelak suatu saat nanti, Indonesia juga harus mampu menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival budaya antar negara di dunia ini. Dan kami SMP Islam Al Ikhlas bersedia bekerja sama dengan Kemendiknas dan Kemenbudpar untuk wujudkan itu semua. Terima kasih untuk semua yang mendukung misi budaya kali ini, semoga kerjasama ini dapat terjalin untuk misi budaya yang akan datang pada bulan Juli 2012 di Tianjin, Cina.

1 komentar:

  1. everytime i saw this saman dance has always fascinated me because of their compactness these played a dance, in addition to rapid movement of this dance also makes me dance like this ... awesome

    BalasHapus